BSI peroleh tiga penghargaan di ajang Puncak GERAK Syariah Award

Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) berhasil mendapatkan tiga penghargaan dalam acara Puncak Gebyar Ramadan Keuangan Syariah (GERAK Syariah) Award.

Penghargaan tersebut terdiri dari juara pertama untuk Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) Literasi Teraktif, juara pertama untuk PUJK Literasi Termasif, serta peringkat ketiga untuk PUJK Inklusi Tertinggi.

Direktur Kepatuhan dan SDM BSI, Tribuana Tunggadewi, menyatakan melalui pernyataan resmi di Jakarta pada Rabu, bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari ketekunan dan usaha besar perusahaan dalam mendorong kemajuan ekonomi syariah di tingkat nasional.

Sejak awal keberadaannya pada tahun 2021, BSI telah diberikan tugas oleh pemerintah untuk menjadi lokomotif dalam ekonomi syariah di Indonesia. Oleh karena itu, BSI selalu berusaha untuk menjadi teman finansial, sosial, dan spiritual bagi masyarakat lewat setiap layanan yang diberikan.

“BSI berkomitmen untuk mendukung literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia melalui berbagai program nyata. Ini sejalan dengan GERAK Syariah yang diselenggarakan oleh OJK pada bulan Ramadan 1446 Hijriah,” tuturnya.

Dewi juga menekankan bahwa dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah, BSI memahami pentingnya melakukan sosialisasi dan edukasi dengan tepat, serta menyediakan produk layanan yang inovatif melalui digitalisasi. Ia berharap masyarakat mampu memahami dan menggunakan produk serta layanan keuangan syariah secara maksimal.

Dia juga menjelaskan bahwa keberhasilan BSI dalam meningkatkan literasi dan inklusi dapat dilihat dari pertumbuhan data dan dana nasabah perusahaan.

Saat ini, jumlah nasabah BSI telah melewati 21 juta dan ditargetkan bisa tumbuh antara 2 juta hingga 3 juta nasabah setiap tahun. Perusahaan telah mencatat perubahan pada transaksi melalui e-channel yang mencapai 98,03 persen hingga akhir Desember 2024, sementara sisanya masih memakai layanan di cabang.

Transaksi lewat e-channel tercatat mencapai 851 juta dengan total volume Rp956 triliun pada akhir tahun 2024.

Di acara yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, juga menyampaikan hal senada.

Menurut Friderica, mereka berupaya agar pelaku di sektor jasa keuangan syariah terus berinovasi dalam menciptakan produk layanan.

“Kita bersama-sama mencari cara untuk menjangkau masyarakat yang sebenarnya hanya ingin memilih syariah. Ini merupakan tanggung jawab kita semua untuk menjangkau mereka yang hanya berharap untuk menggunakan layanan syariah meskipun aksesnya terbatas,” ujar Friderica.

Dia menambahkan, literasi dan inklusi keuangan sejalan dengan Astacita dari Pemerintah dalam upaya pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. Inklusi keuangan bahkan menjadi salah satu indikator penting dalam pembangunan dalam RPJPN 2025-2045.

Terkait ekonomi syariah, Friderica mengatakan bahwa potensi pasar di Indonesia sangat besar dengan jumlah populasi Muslim sekitar 245,9 juta. Indeks literasi keuangan syariah tumbuh pesat, mencapai 39,11 persen pada tahun lalu, sementara pada 2022 hanya 9,14 persen. Sebaliknya, inklusi keuangan syariah menunjukkan stagnasi dengan angka 12,12 persen pada 2022 dan 12,88 persen pada 2024.

Friderica juga menjelaskan bahwa kinerja industri keuangan syariah menunjukkan hasil yang positif. Penyaluran pembiayaan perbankan syariah di Indonesia meningkat sebesar 9,9 persen secara tahunan hingga tahun 2024, mencapai Rp643,55 triliun. Di sisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp753,6 triliun, tumbuh sekitar 10 persen tahunan, yang jauh lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional di sektor perbankan yang berkisar antara 4-5 persen.

“Kerja sama yang telah dibangun harus tetap terjalin tidak hanya selama Ramadan, tetapi juga berlanjut pada program-program lain yang meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah,” tambahnya.