RI-Jepang sepakat dorong kelanjutan pembangunan PLTA Kayan Kaltara

Jakarta – Edi Prio Pambudi, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi. Serta Masanori Tsuruda, Deputy Commissioner for International Affairs. Dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI). Telah menandatangani Letter of Intent Cooperation (LOI) untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan yang terletak di Kaltara.

“Bagi Indonesia, proyek PLTA Kayan adalah lebih daripada sekedar infrastruktur dalam konteks AZEC (Asia Zero Emission Community). Ini adalah investasi penting untuk memastikan keamanan energi nasional serta mendukung upaya dekarbonisasi,” jelas Edi dalam pernyataannya di Jakarta pada hari Rabu.

Deputi Edi menekankan bahwa proyek PLTA ini di Sungai Kayan, Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan di Kalimantan Utara, merupakan salah satu inisiatif yang sedang dan akan dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai target emisi nol karbon pada tahun 2060.

Dia juga menyoroti betapa pentingnya Jepang sebagai mitra strategis dalam pelaksanaan kebijakan serta proyekproyek transisi energi yang ada di Indonesia.

Pemerintah Indonesia mengajak Jepang untuk memperkuat kerjasama dalam melaksanakan proyekproyek transisi energi yang bersifat praktis, dapat diperluas, dan inklusif.

Selain itu, Deputy Masanori menekankan bahwa penandatanganan LOI untuk proyek Kayan ini harus diikuti dengan langkahlangkah konkret dari kedua negara untuk merealisasikan pembangunan PLTA Kayan.

“Membangun PLTA Kayan bukanlah tugas yang mudah, tetapi kami percaya bahwa hubungan bilateral yang kuat antara Jepang dan Indonesia akan menjadi modal untuk membangun proyek PLTA Kayan,” ujar Deputy Masanori.

Proyek PLTA Kayan termasuk dalam sejumlah proyek di dalam kerangka Asia Zero Emission Community (AZEC), yang merupakan platform kerjasama untuk menuju netralitas karbon di kawasan Asia.

Pada pertemuan Kelompok Ahli tahun 2024, PLTA Kayan telah dikategorikan sebagai proyek kategori II, yang berarti proyek tersebut memiliki potensi untuk komersialisasi meskipun masih dalam tahap studi kelayakan, bersama dengan proyek pengelolaan lahan gambut dan jaringan transmisi JawaSumatra.

PLTA ini akan menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di kawasan industri. Dengan kapasitas 9. 000 megawatt (MW), PLTA Kayan diperkirakan akan menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di Asia Tenggara dengan total investasi sekitar 17,8 miliar dolar AS.