Nganjuk – Masyarakat Nganjuk di Jawa Timur mendapat manfaat dari program dari Kementerian Sosial. Yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) yang membantu keluarga dalam membiayai pendidikan anak hingga tingkat sarjana.
Sulastri (47) yang tinggal di Desa Kepuh, Kecamatan Kertosono, Nganjuk, adalah salah satu penerima bantuan PKH. Ia mengaku telah terdaftar sebagai penerima sejak 2013 dan memiliki tiga anak yang masih bersekolah.
“Saya menjadi KPM sejak 2013. Bantuan PKH pertama kali saya terima di kantor pos sebesar Rp687. 500, dengan tiga komponen: satu di SMA, satu di SD, dan satu balita,” ungkapnya saat di Nganjuk, pada hari Minggu.
Ia menjelaskan bahwa bantuan dari PKH sangat berharga bagi kehidupannya. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari, dana tersebut juga digunakan untuk pendidikan anak-anaknya.
Sulastri menyatakan bahwa ekonomi keluarganya pada waktu itu belum stabil, terutama dengan tiga anak yang sedang bersekolah. Namun, bantuan PKH yang diterimanya sangat membantu meningkatkan keadaan ekonomi keluarga serta pendidikan anak-anaknya.
Dari program PKH, dia bisa mendapatkan modal usaha sebesar Rp500 ribu yang kemudian dia gunakan untuk membuka usaha katering dan membuat kue. Pesanannya cukup banyak dan itu membantu perekonomian keluarganya.
Selain itu, anak-anaknya juga menerima bantuan untuk biaya pendidikan. Saat ini, dua anaknya telah meraih gelar sarjana dan mengajar di salah satu madrasah di Nganjuk, sedangkan satu anaknya masih duduk di SMP.
“Alhamdulillah, ini sangat membantu ekonomi keluarga. Anak-anak bisa bersekolah hingga tingkat tinggi dan satu anak masih di SMP di Kertosono,” ujarnya.
Sulastri menyampaikan bahwa dia dan suaminya, Sigit Waskito (55), tidak memiliki pendidikan tinggi, sehingga mereka mendukung semua anak mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
“Saya dorong anak-anak agar tidak ketinggalan di era digital. Saya menyuruh mereka untuk bersekolah yang tinggi, terutama dengan adanya bantuan pendidikan,” jelasnya.
Ia juga mendapatkan banyak manfaat dari bimbingan yang diberikan oleh tim pendamping. Setiap bulan, ada pertemuan yang membahas berbagai topik, seperti cara mendidik anak, nutrisi, dan manajemen keuangan agar tidak terjebak dalam masalah keuangan.
Ia menyatakan sudah bersiap apabila ke depannya dia tidak lagi menerima bantuan PKH. Ia berencana untuk terus menggunakan modal yang sebelumnya didapat agar usahanya tetap berjalan.
“Saya tetap berusaha merintis usaha katering dari awal. Alhamdulillah, usaha ini sudah berjalan dengan baik. Dulu saya menyisihkan bantuan Rp500 ribu untuk modal, dan sekarang bisa terus berputar dengan baik,” jelasnya.
Sementara itu, anak Sulastri, Riski Nurahmatul (26), merasa beruntung karena ibunya mendapatkan bantuan PKH. Dia dan saudaranya bisa melanjutkan pendidikan hingga tingkat sarjana dan mendapatkan potongan biaya kuliah hingga 50 persen.
“Ibu yang mendaftarkan kami untuk mendapatkan potongan 50 persen. Saya lulus tahun 2020 dan sekarang mengajar di MI,” katanya.
Koordinator PKH Kabupaten Nganjuk, Khusnul Kholik, menjelaskan bahwa di kabupaten ini, terdapat 58. 737 keluarga penerima manfaat terdata dalam program PKH.
Ia menambahkan bahwa Kementerian Sosial juga telah memberitahukan bahwa satu pendamping dalam setahun harus graduasi minimal 10 KPM. Proses ini sudah dimulai sejak Januari 2025.
“Saat ini, rata-rata setiap SDM (pendamping) berhasil graduasi 1-2 orang. Dengan jumlah pendamping yang ada, yaitu 170 orang, kita tinggal mengalikan saja,” tambahnya.
Dia juga menjelaskan bahwa setiap bulan, mereka mengadakan pertemuan dengan KPM dan membahas berbagai materi. Di samping itu, pendamping memberikan motivasi kepada KPM untuk meningkatkan kesejahteraannya dan siap untuk graduasi.